Invalid Date
Dilihat 42 kali
Dari Tanaman Pinggiran Menjadi Primadona Ekonomi Desa
Tanaman Nilam, yang dikenal luas sebagai patchouli, telah muncul sebagai penggerak ekonomi yang signifikan bagi Desa Solo di Kecamatan Angkona. Tanaman penghasil minyak atsiri ini tidak hanya membawa harapan baru bagi perekonomian masyarakat Desa Solo, tetapi juga mengubah wajah pertanian tradisional menjadi lebih modern dan bernilai tinggi. Meski demikian, tantangan besar berupa fluktuasi harga pasar masih menjadi hambatan utama dalam menjaga stabilitas penghasilan para petani.
Sebelum hadirnya budidaya nilam secara masif, mayoritas warga Desa Solo menggantungkan hidup dari tanaman pangan dan hortikultura berskala kecil, seperti jagung, pisang dan padi. Namun rendahnya harga jual dan hasil panen yang tidak menentu membuat roda perekonomian desa berjalan lambat. Kondisi ini mulai berubah ketika beberapa petani mencoba membudidayakan nilam, tanaman aromatik yang kaya manfaat, terutama dalam industri parfum dan kosmetik. Seiring waktu, semakin banyak petani yang beralih ke tanaman nilam. Dalam kurun 1 tahun terakhir, luas lahan budidaya nilam di Desa Solo meningkat signifikan.
Dampak Ekonomi yang Nyata
Budidaya nilam membawa perubahan positif yang nyata bagi masyarakat Desa Solo. Penghasilan petani meningkat, perputaran ekonomi desa menjadi lebih cepat, dan lapangan pekerjaan baru bermunculan, terutama dalam sektor penyulingan minyak dan perdagangan hasil pertanian.
Tantangan: Fluktuasi Harga Pasar
Meski potensi nilam sangat besar, keberlangsungan usaha ini tidak terlepas dari tantangan serius, yaitu fluktuasi harga minyak nilam di pasar lokal maupun nasional. Harga minyak nilam bisa melonjak tinggi saat permintaan meningkat, namun bisa turun drastis ketika pasokan melimpah atau permintaan melemah.
Ketidakstabilan harga ini membuat sebagian petani menjadi ragu untuk terus menanam nilam secara besar-besaran. Banyak di antara mereka memilih menanam nilam bersamaan dengan komoditas lain sebagai langkah mitigasi risiko.
Fluktuasi harga juga berdampak pada pengusaha penyulingan. Ketika harga jatuh, sulit bagi mereka menutupi biaya operasional dan membayar petani dengan harga layak. Hal ini bisa memicu rantai masalah mulai dari penurunan produksi hingga hilangnya kepercayaan petani terhadap sistem kemitraan.
Harapan dan Masa Depan Petani Nilam di Desa Solo
Meski tantangan masih ada, optimisme tetap tumbuh di kalangan masyarakat. Semangat gotong royong dan dukungan dari berbagai pihak menjadi kunci keberhasilan budidaya nilam di Desa Solo.
Keberhasilan masyarakat Desa Solo dalam mengembangkan tanaman nilam menjadi contoh nyata bagaimana inovasi pertanian bisa mengangkat ekonomi desa. Namun keberhasilan ini hanya akan bertahan jika didukung oleh sistem pasar yang adil, keberlanjutan produksi, serta kolaborasi antara petani, pemerintah, dan pelaku usaha.
Bagikan:
Desa Solo
Kecamatan Angkona
Kabupaten Luwu Timur
Provinsi Sulawesi Selatan
© 2025 Powered by PT Digital Desa Indonesia
Pengaduan
0
Kunjungan
Hari Ini